INTENSITAS HUJAN TINGGI, DPUPR KOTA MALANG HARAP WARGA SELALU WASPADA

Bencana alam memang datang tak diundang, pulang tidak diantar. Menyisakan kerusakan material dan korban jiwa masyarakat yang tidak sedikit. Kondisi tersebut telah terjadi dalam beberapa tahun belakangan ini. Bahkan intensitasnya semakin tahun mengalami kenaikan. Angin puting beliung, tanah gerak, banjir, longsor kerap melanda wilayah-wilayah di Indonesia, termasuk Kota Malang.

Di Kota Malang sendiri ada beberapa titik bencana rumah longsor, gorong-gorong ambrol dan genangan air.
Di antaranya rumah ambrol di jalan Muharto Gg 6, kelurahana Polehan, di jalan Simp. Sukun Rt 2 Rw 04 kelurahan Sukun rumah di atas bantaran sungai, gorong-gorong ambrol di Bareng Kartini Kelurahan Bareng dan di Kelurahan Tanjungrejo RW 13, genangan air di Pasar besar dan masih banyak lagi titik bencana di Kota Malang.

Menanggapi hal tersebut, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Malang tanggap untuk meminimalisir bencana dengan setiap hari menerjunkan Satuan Tugas (SATGAS)nya untuk meninjau dan menormalisai lokasi yang rawan bencana, khusunya gorong-gorong yang tersumbat sampah dan yang ambrol.

Kepala DPUPR Ir. Hadi Santoso menuturkan, bantuan kita bersifat kemanusianya saja, kalau bangunan yang terkena dampak rata-rata di bantaran sungai, DPUPR tidak berani membangunya, “Satgas kami tiap hari menyisir lokasi-lokasi yang rawan bencana, atau yang mendapat pengaduan, mereka langsung terjun ke lokasi, kalau bangunan di bantaran sungai DPUPR tidak berani untuk menbantu membangun, karena status rumahnya tidak ada surat tanah dan ijinnya, nanti kami yang akan disalahkan”, ungkapnya.

Masih menurut Soni, panggilan akrab Kepala DPUPR Kota Malang ini, intensitas hujan di Kota Malang akhir-akhir ini memang tinggi, ” kami menghimbau untuk warga Kota Malang untuk selalu waspada, terutama yang berada di sekitaran bantaran sungai, karena suatu saat air bisa datang dengan tiba-tiba dengan intensitas sangat besar”. Pungkas Soni.
Bencana alam adalah pengingat bagi kita, bahwa kita harus lebih memperhatikan keseimbangan Alam, lebih memperhatikan hakikat diri kita. Jika Tuhan tidak pernah menciptakan bencana alam, Maka kitalah yang akan menghancurkan Alam, karena kita tak termotivasi untuk merawatnya.  (MN).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *