DPUPRPKP Kota Malang

Gerakan Menabung Air (GEMAR) Glintung RW 23 Purwantoro Layak Jadi Percontohan Nasional

3g glintungGlintung Go Green (3G) adalah trademark dari RW 23 Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, beberapa tahun lalu wilayah Glintung untuk ukuran Kelurahan Porwantoro termasuk wilayah yang tergolong kumuh dengan kompleksitas masalah yang dihadapi warganya tergolong tinggi. daerahnya menjadi langganan banjir, banyak penduduknya yang menganggur, terjebak oleh rentenir. Angka kematian penduduknya tinggi dan kenakalan remajanya serta kriminalitas juga cukup serius.

Tetapi itu semua adalah cerita masa lalu, sekarang semuanya berubah, tidak ada lagi kesan kumuh, tidak ada lagi pengangguran, rentenir dan kenakalan remaja, tidak akan ditemukan lagi orang yang mabuk di pinggir jalan sehingga warga tidak perlu khawatir kalau ke glintung.

Begitu saya terpilih sebagai ketua RW saya kaget melihat ada satu piala di lemari kantor RW, yaitu sebagai Juara Lomba Memandikan jenazah, setelah saya telusuri hal ini menjadi wajar karena memang angka kematian di wilayah kami tinggi sehingga masyarakat menjadi ahli kalau memandikan jenazah. berangkat dari itu kami bersama pengurus RW dan RT terus melakukan diskusi, hasilnya banyak warga yang meninggal karena kondisi kampung dan kebiasaan masyarakat yang tidak sehat,  karena terjadi sejak dulu sehingga kondisi yang ada dianggap bukan sebagai sebuah masalah, langkah awal kami adalah merubah mainset dari masyarakat untuk berubah. kampung harus sehat dan perilaku hidup masyrakatnya juga harus sehat pula, Tutur Bpk Bambang Irianto selaku ketua RW 23 Kelurahan Purwantoro. disela-sela menerima kunjungan dari Dinas PU Provinsi Kalimantan Utara, Jum’at 7 Oktober 2016 di rumahnya.

Langkah awal bagaimana di kampung tidak ada genangan air yang bisa sebagai sarang nyamuk dan sumber penyakit, langkah awal kami membuat 1000 biopori ukuran kecil, 40 biopori ukuran sedang dan 6 sumur resapan dimana semuanya dari swadaya masyarakat, awalnya kita manfaatkan kaleng-kaleng bekas, tetapi sekarang sudah diganti dengan paralon ketika kami sudah memiliki cukup dana.

Mengapa kami membuat biopori dan sumur resapan karena kami ingin menabung air, kami membuat program GEMAR gerakan menabung air. tidak ada lagi di kampung kami air yang terbuang keluar semua kami resapkan ke dalam tanah, bahkan kalau hujan deraspun hanya sebagian kecil air yang terbuang, saluran air di tempat kami fungsikan juga sebagai saluran resapan bagian bawah saluran air di tempat kami tidak di cor, hanya sampingnya yang di cor, bagian bawah saluran air adalah pasir agar air bisa dengan cepat meresap ke dalam tanah. jalan kampung tidak ada yang dicor semuanya paving. Alhamdulillah tidak ada lagi nyamuk di kampung kami, tidak ada lagi banjir dan muka air tanah sekarang naik 2 meter dari sebelumnya, itu hasil dari tabungan air yang kami lakukan.

Biopori ukuran kecil dan sedang juga berfungsi untuk membuat kompos, beberapa bulan sekali kami panen kompos, setidaknya 12 ton sampah bisa kami hasilkan secara rutin yang kami jadikan sebagai media tanam dari gerakan penghijauan yang juga kami laksanakan. kampung kita sekarang menjadi hijau, semua rumah menanam bunga dan sayur-sayuran serta toga, penanganannya dikoordinir oleh koperasi, koperasilah yang memasarkan sayur-sayurannya. kami mengembangkjannya dengan media polibag, vertikal garden dan hidroponik, semuanya organik karena kami sedang mengembangkan perilaku hidup sehat, jadi yang dikonsumsipun harus sehat, lanjut pak Bambang Ir, nama yang biasa dikenal masyarakat.

Hasil dari perubahan mainset yang dilakukan telah berubah menjadi gerakan kesadaran masyarakat, ada cita-cita dan harapan kolektif masyarakat yang ahirnya ketika secara bersama mereka melaksanakannya menjadikan suatu kebanggaan dari masyarakat.

Satu hal yang menarik adalah gerakan Glintung Go Green nya, modalnya adalah niat, waktu, kemauan, sampah serta stempel, dalam pelaksanaannya mesyarakat mengerjakannya secara gotong royong, sangsi sosial mereka terapkan, bagi masyarakat yang tidak mau ikut gotong royong mereka anggap sebagai masyarakat yang sakit, karena hanya yang sakitlah yang tidak bisa ikut gotong royong, selain itu apabila ada yang tidak menanam bunga atau sayur di rumahnya mereka tidak dilayani ketika membutuhkan surat-surat atau administrasi kependudukannya, harus menanam dulu baru dilayani. awalnya banyak masyarakat yang memprotes, tetapi itu sudah menjadi keputusan bersama masyarakat yang juga harus ditaati, ternyata lambat laun masyarakat tidak ada lagi yang merasa keberatan dan malah membanggakan apa yang menjadi peraturan di kampungnya.

Ternyata membangun Gerakan Go Green yang mereka lakukan awalnya hanya bermodal sampah,  Sampah yang dimasukkan dalam biopori ketika sudah menjadi kompos mereka jadikan media tanam dalam polibag, mereka melakukan pembibitan sendiri dan menanamnya dengan bekerja bakti / gotong royong.

Apa yang kami lakukan tujuannya bukan untuk lomba, kami mengawalinya dengan penuh kesadaran, ketika mainset masyarakat sudah bisa dirubah, ada atau tidak ada lomba, juara atau tidak, masyarakat tetap jalan, karena itu sudah menjadi citacita bersama masyarakat, spirit pembangunan yang kami pakai adalah penggalan kalimat dari lagu Indonesia Raya “Bangunlah Jiwanya Bangunlah Badannya”. salah satu tekad kami adalah berbuat sebaik-baiknya pada kampung glintung ini,  Setidaknya kami telah berbuat untuk mendukung gerakan anti pemanasan global / Global warming serta Sustainability Development Goal’s dimana pemerintah kita ikut juga mendukung gerakan ini. terang pak RW dengan penuh semangat.

Selain menjual hasil produk pertanian organik yang kami tanam, Kami sekarang memproduksi sarana dan  media Hidroponik, pesanan yang datang ke kami  dari mana-mana yang menanganinya adalah kelompok tani, kami ini kan petani kota atau urban varming. pemuda-pemuda kami menerima  orderan pembuatan sumur resapan dan biopori dimana-mana, sekarang tidak ada lagi tenaga kerja yang menganggur, bahkan mencari tenaga kerja disini sekarang  sulit. itu semua terjadi karena mereka semua menjadi subyek dari apa yang kami rencanakan dan kerjakan.

Kampung Glintung Go Green (3G) mmereka kenalkan, ya Glintung RW 23 Kelurahan Purwantoro sekarang ramai dikunjungi orang, banyak tamu-tamu dari luar daerah melakukan study Banding, banyak mahasiswa baik S1, S2 dan S3 melakukan penelitian, banyak permintaan sebagai pemateri yang mereka terima, ternyata masyarakat sudah mempunyai koncep bisnis yang cukup bagus. Rumah-rumah warga disiapkan sebagai penginapan, mulai dari kamar yang suite sampai yang ekonomi ada. catering mereka juga siap. satu hal lagi, masyarakat tidak mau hanya dijadikan obyek penelitian dari apa yang telah mereka laksanakan, jadi kalau ada mahasiswa yang melakukan penelitiaan mereka harus ikut berpartisipasi untuk pembangunan kampung sebagai penghargaan bagi masyarakat.

Jerih payah yang mereka lakukan berbuah Prestasi, Glintung RW 23 menjadi juara dalam lomba kebersihan kampung yang diselenggarakan oleh jawa pos, maupun lomba kampung berseri yang dilakukan oleh pemerintah Kota Malang. tidak hanya itu atas kerja-kerja yang sudah mereka lakukan, RW 23 bisa jadi merupakan RW yang mempunyai Kas tertinggi di Indonesia, Kas RW nya sekarang sudah tembus Rp. 1 Milyar.

Kampung Glintung Go Green (3G) kini mulai dikenal di seantero nusantara. Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Soemarsono, bahkan menjadikan kampung itu percontohan nasional, karena selain berbasis pelestarian lingkungan hidup juga menekankan pada aspek gotong royong warga.

Bulan depan, Kampung 3G Glintung bakal menggelar festival bertajuk ‘Glintung Go Green on Urban Farming Festival’ pada tanggal 10 November mendatang. Festival, diawali gelaran wayang kulit dengan dalang Ki Ardi yang akan berkolaborasi dengan Kendang John Arifyang sudah malang melintang di beberapa negara. Selain itu juga akan ada beberapa bazar hasil pertanian perkotaan dari masyarakat setempat. Juga akan ada seminar dengan narasumber Prof. Dr. Djoko Saryono tentang kebudayaan dan prof. Arief Harsono tentang Urban Farming.

Agenda lain dari Glintung Go Green on Urban Farming Festival, juga diramaikan dengan pemutaran film dokumenter tentang Kampung 3G. “Juga ada launching buku Kampung 3G. Rencananya Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri, Soemarsono, Wali Kota Malang, HM Anton, Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Bisri hingga para artis yang tergabung dalam jaringan Kampung Nusantara, seperti Trie Utami, Bens Leo, Didik Ninik Towok hadir langsung dalam festival tersebut. luar biasa. Eko Wahyu Widodo

Exit mobile version