PERINGATI HUT KOTA MALANG KE-105, DPUPR PERSEMBAHKAN PENGHARGAAN KAMPUNG TELOLET OM

Bertepatan dengan HUT ke 105 Kota Malang, senin (1/4/2019) di Stadion Gajayana, kampung tematik binaan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) itu berhasil menjadi enam terbaik Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Kota Malang 2019. Meski baru dicanangkan pada Juni 2017 lalu, Kampung Telolet Om yang berlokasi di Bebekan, Kelurahan Pisangcandi, Kota Malang telah menuai prestasi.

Kepala DPUPR Kota Malang Ir. Hadi Santoso mengungkapkan bahwa pembuatan Kampung Telolet Om tersebut adalah salah satu upaya penanggulangan banjir. “Yang pertama, saya mengucapkan terima kasih pada masyarakat. Ini hadiah ini untuk masyarakat sebenarnya, bukan untuk kami. Karena masyarakat yang turut serta menanggulangi banjir,” ujarnya.

Selama ini, lanjutnya, kalau ada banjir maka DPUPR Kota Malang selalu melibatkan masyarakat. “Nah, sekarang mereka kami ajak membangun Kampung Telolet Om ini. Sehingga, bukan hanya bergantung pada pemerintah, tapi masyarakat ikut aktif. Ditambah lagi, mereka juga mendapatkan manfaat dari segi ekonomis,” urai Soni, sapaan akrabnya.

Soni menguraikan, Kampung Telolet Om merupakan singkatan dari terong, lombok (cabai), lele, dan tomat. Yakni pemanfaatan drainase menjadi tempat pembiakan ikan lele. Sementara lahan di sekitar drainase untuk bertanam sayuran-sayuran itu. “Awalnya kami lakukan pembersihan saluran. Kami beri ikan lele, kami beru jaring, akhirnya ini dirawat oleh masyarakat dan mereka yang inisiatif menambahi dengan tanaman-tanaman itu. Dan semuanya berkembang dengan baik,” tambah Soni.

Selain itu KIPP Kota Malang 2019 itu juga diberikan untuk menyikapi pembuatan biopori di RW 23 di Kampung 3G (Glintung Go Green). Saat ini, kondisi wilayah di sekitar Kampung 3G kerap terkena luapan banjir. “Jadi setelah Kampung 3G bebas banjir, banjir meluap ke RW sebelahnya. Maka kami buatkan semacam bosem (tampungan air) di situ dan airnya digunakan untuk budidaya ikan,” sebutnya.

Selain itu, pihak DPUPR Kota Malang juga terus melibatkan perguruan tinggi. Di antaranya penanganan kawasan Pulosari dengan Universitas Merdeka (Unmer) Malang. “Tahun ini, di Jalan Salatiga, kami coba melibatkan masyarakat menengah ke atas untuk ikut dalam memelihara. Kalau tidak ada kegiatan yang kami blow up di situ mereka nggak akan tergerak. Jadi mari kita jaga bersama-sama,” pungkasnya.  (MN).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *