DPUPRPKP Kota Malang

WALIKOTA MALANG, BANJIR TERJADI KARENA MASALAH YANG SAMA ” SAMPAH “.

Beberapa titik mengalami banjir dan genangan air pasca hujan deras yang melanda Kota Malang, senin 15/4/2019 sore. Air yang semestinya mengalir di drainase atau saluran air pun meluber ke jalan dan membuat pengendara kesulitan melaju. Melihat kondisi yang kembali berulang, Wali Kota Malang Drs. H. Sutiaji terjun langsung ke lapangan dan mencari tahu penyebab terjadinya banjir. Salah satunya melihat kondisi kawasan Blimbing, tepatnya Jl. Letjend Sutoyo.

Walikotapun langsung turun langsung ke sisi drainase yang lumayan besar itu. Di sana ia mendapati tumpukan bambu dengan jumlah yang lumayan banyak. Hal itu juga yang menjadi salah satu penyebab air meluber ke jalanan dan tak mengalir dengan baik. “Ini tadi ada tumpukan bambu. Tadi di kawasan Soekarno Hatta dan lain sebagainya juga ditemukan sampah. Ini permasalahan kita masih di sampah,” katanya di sela-sela aktivitas melihat langsung kondisi drainase.

Dengan kondisi hujan yang cukup deras, air akhirnya tidak dapat mengalir dengan lancar lantaran terhambat tumpukan sampah. Saat hujan datang, tim Satuan Tugas (SATGAS) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Malangpun sudah dikerahkan di beberapa titik yang sudah diprediksi. “Ada 26 titik, dan tim langsung disebar. Permasalahannya memang sama, yang ditemukan masih sampah,” imbuhnya.

Lanjut Drs. Sutiaji, tim  SATGAS DPUPR Kota Malang selalu melakukan sterilisasi untuk setiap kawasan yang rawan banjir tiap hari, termasuk upaya normalisasi sungai. Namun langkah itu juga ia harapkan seiring dengan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Sementara untuk luapan air di kawasan Soekarno Hatta, dia menjelaskan jika akar permasalahannya juga sama. Saat ini Pemerintah Kota Malang juga terus koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang notabene memiliki kawasan tersebut. “Kita darurat dan harus memerangi sampah. Di samping kita terus lakukan pembagian aliran dari atas agar tidak terjadi penumpukan,” pungkasnya.  (MN).

Exit mobile version